Teori
Tentang Perilaku Konsumen Perilaku Konsumen merupakan suatu tindakan yang
tunjukkan oleh konsumen dalam hal mencari, menukar, menggunakan, menilai,
mengatur barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka.
Dalam arti lain perilaku ditunjukkan, yakni bagaimana konsumen mau mengeluarkan
sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan/
menukarkan dengan barang atau jasa yang diinginkannya. Analisis tentang
berbagai faktor yang berdampak pada perilaku konsumen menjadi dasar dalam
pengembangan strategi pemasaran. Untuk itu pemasar wajib memahami konsumen,
seperti apa yang dibutuhkan, apa seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil
keputusan.
Menurut
Mowen (2002) bahwa, “perilaku konsumen (consumer behaviour) didefinisikan
sebagai studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran yang
melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta
ide-ide”.
Sedangkan
menurut Kotler (2007) bahwa, “perilaku konsumen merupakan studi tentang cara
individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan, dan
memposisikan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan
dan keinginan mereka”.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kotler (2007) mengatakan bahwa, “perilaku pembelian
konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis”. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai
berikut:
1.
Faktor Budaya. Budaya, sub-budaya, dan
kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu
keinginan dan perilaku paling dasar. Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah
sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para
anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan wilayah
geografis. Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi
sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial,
pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, yang tersusun secara
hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku serupa.
Kelas
sosial memiliki beberapa ciri. Pertama, orang-orang didalam kelas sosial yang
sama cenderung berperilaku lebih seragam daripada orang-orang dari dua kelas
sosial yang berbeda. Kedua, orang merasa dirinya menempati posisi inferior atau
superior dikelas sosial mereka. Ketiga, kelas sosial ditandai oleh sekumpulan
variabel-seperti pekerjaan, penghasilan, kesejahteraan, pendidikan, dan
orientasi nilai-bukannya satu variabel. Keempat, individu dapat pindah dari
satu tangga ke tangga lain pada kelas sosialnya selama masa hidup mereka.
Besarnya mobilitas itu berbeda-beda, tergantung pada seberapa kaku stratifikasi
sosial dalam masyarakat tertentu.
2.
Faktor sosial. Perilaku konsumen
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta
peran dan status sosial. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani perilaku
dan gaya hidup baru dan memengaruhi perilaku serta konsep pribadi seseorang,
kelompok acuan menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat
mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan merek aktual. Keluarga orientasi
terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang
mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi, pribadi,
harga diri dan cinta. Kedudukan orang itu dimasing-masing kelompok dapat
ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang
diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan
status.
3.
Faktor pribadi. Keputusan pembeli juga
dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia
dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan
konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli.
4.
Faktor psikologi. Satu perangkat proses
psikologis berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk
menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Empat proses psikologis
penting-motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori-secara fundamental
mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran.
Menurut
Wilkie (1986) menyatakan bahwa perilaku konsumen itu dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Yang disebut internal antara lain: usia, pekerjaan,
gaya hidup, kepribadian, motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.
Sedangkan faktor eksternal antara lain: budaya, keluarga, kelompok acuan,
kondisi lingkungan, kegiatan pemasaran perusahaan dan situasi.
Tipe
Perilaku Keputusan Konsumen Menurut Assael dalam Simamora (2003) bahwa ada 4
(empat) tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat keterlibatan
pembeli dan perbedaan diantara merek sebagai berikut:
1. Perilaku
Membeli yang rumit (Complex Buying Behavior). Perilaku membeli yang rumit akan
menimbulkan keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dan menyadari adanya
perbedaan yang jelas diantara merek-merek yang ada. Perilaku membeli ini
terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli,
beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, televisi,
pakaian, jam tangan, komputer pribadi dan lainnya. Biasanya konsumen tidak tahu
banyak tentang kategori produk dan harus belajar untuk mengetahuinya.
2. Perilaku
Membeli untuk mengurangi keragu-raguan (Dissonace Reducing Buying Behavior).
Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk itu mahal, tidak sering
dilakukan, beresiko, dan membeli secara relatif cepat karena perbedaan merek
tidak terlihat. Contohnya karpet, keramik, pipa PVC dan lain-lain. Pembeli
biasanya mempunyai respons terhadap harga atau kenyamanan.
3. Perilaku
membeli berdasarkan kebiasaan (Habitual Buying Behavior). Konsumen membeli
produk secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena mereka sudah
mengenal produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak Uni
mengevaluasi kembali mengapa mereka
membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk. Perilaku
ini biasanya terjadi pada produk-produk seperti gula, garam, air mineral dalam
kemasan, deterjen dan lain-lain.
4. Perilaku
pembeli yang mencari keragaman (Variety Seeking Buying Behavior). Konsumen
berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek
dalam perilaku ini bukan merupakan sesuatu yang mutlak. Perilaku demikian
biasanya terjadi pada produk-produk yang sering dibeli, harga murah dan
konsumen sering mencoba merek-merek baru.